Rabu, 19 September 2012

Pulau Tidung - My Private Island

Sebenarnya saya bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi pulau ini, sungguh-sungguh telah mampu membuat saya jatuh hati kepadanya, pada pandangan pertama. I love you Tidung, karena hatiku masih tertinggal di ujung pulau itu. Suatu saat aku akan kembali lagi, untuk mengejar tenggelamnya sang surya, untuk menyambut datangnya sunrise, di ujung jembatan itu, Jembatan Cinta. Ya, aku jatuh cinta kepadamu, Tidung.

Rencana ke Pulau Tidung

"Have u ever been Thousand Island, It's very good to do snorkeling, I want to go there".

Seorang teman berkebangsaan China yang pernah saya temui sewaktu backpack ke Jogja, mengatakan hal itu. Sebagai Warga Negara Indonesia, saya merasa malu, banyak wisata Indonesia yang justru dia lebih tahu ketimbang saya.

"OK, we go there! Have u ever go to Tidung Island??"
Diapun menggelengkan kepala. Good news! He never go there, and I also want to go there.

Dengan segenap kemampuan saya menyusun planning untuk membuat acara bertema "BACKPACK TO TIDUNG ISLAND, 2-3 JUNI 2012". Segera saya membuat rencana, ittinerarry dan estimasi budget, kemudian memposting ke blog saya. Dan terjaringlah 10 orang peserta dalam 2 hari. Sayangnya 2 peserta cancel pada detik-detik terakhir.
Peta Kepulauan Seribu

Day 1
Pada hari H-nya, pukul 3 pagi kami sudah bangun, dan segera merapihkan diri. Pukul 4 pagi kami berangkat, dengan menggunakan bis Jurusan Jakarta (157), dan turun di Taman Anggrek, karena ada rekan kami tinggal disana. Dari Taman Anggrek ke Muara Angke kami naik Taxi. Aneh.. Beberapa Taxi tidak mau mengantar kami kesana, saya pun penuh tanda tanya dalam hati, "Hey, what's happen? Kalian nolak rejeki pagi hari itu PAMALI tauu...!"

Setelah sampai Muara Angke sendiri saya baru tahu mengapa beberapa Taxi tidak mau mengantar kami kesana, di tempat itu terdapat Pasar ikan tradisional, yang tempatnya sangat becek dan bau. Oke lahh... saya mengerti penderitaan para supir itu yang mungkin harus ke tukang cuci mobil setelah itu.

Sesampai sana kami dijemput oleh orang kapal yang akan mengangkut kami ke Tidung, Pak Ma'mun namanya. Tinggal sebut saja "Kami rombongan Pak Mansyur" pesan Bapak yang punya penginapan di Tidung. Di kapal menuju Tidung ini terdiri dari 2 lantai, yakni lantai atas dan lantai bawah. Saran saya... Kalian cepet-cepet dech cari yang di bagian atas, karena spot view-nya jauh lebih indah. Tadinya saya di bawah, dan itu gak enak banget. Deket kamar mandi yang bolong bawahnya, and dapet bonus Mbeekk di bagian belakang. Saya langsung pindah saja ke bagian atas.
Suasana di deck atas kapal penyebrangan ke Pulau Tidung
Perjalanan dari pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Tidung dapat ditempuh dalam waktu 2,5 - 3 jam. Kapal kami berangkat pukul 07.15 dan sampai di gerbang pelabuhan Tidung Besar sekitar pukul 10.00. Kami terlalu sibuk mencari-cari dan menerka-nerka dimana letak pulau tidung, karena di perjalanan kami melewati banyak pulau-pulau.

Gerbang masuk Pulau Tidung
Sesampai di pelabuhan Tidung kami disambut oleh guide kami guide kami, Rudini, awal-awalnya saya memanggilnya Pak Rudini, karena dalam pikiran saya dia adalah seorang Bapak-bapak tua. Tapiii..... nyatanya dia seumuran saya, asyyiikk, menyenangkan, dan lumayan ganteng (kata teman saya berinisial W).

Kami langsung memilih-milih sepeda mana yang tepat buat kita. Saran saya: gak usah sok bela-belain ngalah buat teman, langsung aja pilih sepeda yang paling bagus buat kalian, karena kalo kalian dapet yang jelek, liburan kalian akan merasa gak enak selama disana, tapi kalo emnag ga ada yang kalian suka, bilang aja ke guidenya untuk minta ganti. Rata-rata penginapan disana mempunya stock sepeda sewaan yang cukup banyak. Ada beberapa rekan saya yang minta ganti sepeda, ternyata di belakang rumah ada sebaris sepeda-sepeda yang masih bagus dan lebih nyaman.


Koleksi sepeda pemilik penginapan
Ini adalah profil penginapan yang kami sewa di Pulau Tidung. Dikelola oleh keluarga Bapak Mansyur dan Ibu Sugiarti. Dan dipandu oleh Rudini ("panggil Rudi saja mbak" katanya). Lativa adalah nama anaknya yang masih duduk di bangku SD (lucu sekali anaknya).

Penginapan ini ada punya 2 kamar tidur, yang 1 lebih besar, kami tempati 4 orang cewek, dan yang satu lagi sedikit lebih kecil, muat untuk 2 orang. Memiliki 2 kamar mandi yang langsung tembus dengan dapur, karena rumahnya menyatu dengan rumah aselinya, yang ditempati keluarga tersebut. Enaknya lagi jika kami membutuhkan kasur tambahan, kami tidak harus menambah harga. Harga paket kami menginap, sepeda, makan 3x, snorkeling, adalah 260rb /orang.

Ini adalah tempat kami menginap disana


Penginapan murah meriah, fasilitas lumayan & sangat ramah
Nico (kanan) bersama Rudi (kiri) sang guide kami
Suasana di teras depan penginapan

Sesampai di penginapan, kami cukup puas dengan kamar yang kami dapat, bersih, rapi dan dengan fasilitas yang gak mengecewakan, ada sebuah TV LCD di kamar depan. Dan kami langsung disuguhi makan siang. Sedikit geli juga ngeliat si Baisha, bule china, yang disuguhi pepes ikan,,,  Dan si ikan ini hanya dibolak-balik saja.. hahhaha...

Selesai makan kami langsung melanjutkan Biking Ride to Jembatan Cinta. Sembari menunggu kapal yang akan membawa kami untuk ke pulau payung ber-snorkeling ria.
Jembatan Cinta
Jump shoot on jembatan cinta
Jembatan Cinta


Just info, Pulau Tidung adalah pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau ini dihuni oleh lebih dari 3 ribu kepala keluarga. Sebagian besar pen­duduknya nelayan.Di sebelah timur pulau ini terdapat Pulau Tidung Kecil. Kini kedua pulau ini tersambung oleh sebuah jembatan kayu yang sangat indah, namun pada saat kami kesana ada beberapa titik yang kondisinya sangat memprihatinkan, pengunjung diharapkan berhati-hati, karena banyak lobang pada jembatan kayu-nya, di ujung jembatan, tepatnya 50 meter pertama dekat Tidung kecil, kondisi jembatannya sudah selesai direnovasi dan dibeton,yang lainnya masih menunggu dana dari pemerintah. Kita bisa menyusuri jembatan itu sambil melihat ke bawah laut yang bening dengan pemandangan karang-karang dan ikan yang beraneka warna. Panjang jembatan sekitar dua kilometer. Di sekitar jembatan terdapat beberapa keramba ikan milik nelayan setempat.




Cobalah tengok ke bawah laut, siapa sangka negeri ini memiliki keindahan alam yang tak ternilai harganya. Kekayaan laut bahari terhampar di bawah kaki kita, dan layaknya aquarium alam raksasa, kita dapat menikmati kekayaan botaninya secara langsung dengan mata kepala kita. Ya, terumbu karang, ikan, bulu babi, dapat dengan jelas dilihat dari balik beningnya air laut.. It's so beautiful.. gumam si Baisha, yang dari China.


Tak ayal jika tempat ini menjadi tempat favorit untuk melakukan water sport, seperti snorkeling, diving, banana boat, rough donut, jet ski dll. 

Snorkeling ria
Ada satu hal lagi yang tak boleh dilewatkan, yaitu terjun dari ketinggian 7 meter di Jembatan Cinta. Diantara kami ber-delapan, empat diantaranya terjun dari jembatan ini. Bagi kalian penyuka adrenaline sport, wajib untuk dicoba. Tapi harus mengikuti instruksi dari penjaga pantainya, maklum di bawah jembatan cinta sering dipakai untuk lintasan jet ski dan banana boat, harus menunggu sepi dulu baru boleh terjun.


Terjun dari ketinggian 7 meter di Jembatan Cinta

Banana boat

Sunset di ujung barat Tidung Besar
Tempat terbaik untuk menikmati sunset adalah di ujung barat Pulau Tidung besar, untuk mencapai tempat itu kira-kira 15 menit bersepeda dalam kondisi masih terang. Sekedar info saja, sebelum mencapai tempat itu, kita melewati sebuah taman Tidung, setelah itu kita kan menemukan sebuah savana, dan dipinggirnya ada sebuah warung-warung dekat pantai, dan ayunan pohon, setelah itu kita kan  menemui kawasan yang mirip hutan dengan rimbunan pepohonan, jadi saya sarankan bila kesana harap membawa headlamp / senter / minta saja diantar guide dengan motor, karena biasanya pemburu foto yang baik tak akan melewatkan detik-detik terbenamnya sang surya, kita pasti menunggu hingga matahari tenggelam, dan secara tidak sadar, saat kita hendak pulang, keadaan tempat itu sudah gelap, karena tak berlampu. Lampu hanya terdapat di kawasan pemukiman saja.

Day 2

Spot terbaik untuk memburu sunrise adalah di jembatan cinta, disini saya dan kawan-kawan narsis-narsis bergaya sambil menunggu sang surya. Pada waktu itu pengunjung Jembatan Cinta cukup banyak, sehingga untuk mendapatkan foto terbaik, saya langsung saja, menceburkan diri ke air laut, dan hasilnya seprti di bawah ini. Hihihi.. :)
Menunggu pagi

Menjemput mentari

Setelah menikmati sunrise di Jembatan Cinta, sempatkanlah menjelajah Pulau Tidung Kecil hingga ke ujung. 
Pantai Tidung kecil

Jalan setapak di Tidung kecil


Di pulau itu, rata-rata orang hanya menjelajah sampai menemukan Pusat Pembibitan Mangrove, disini juga sering dipake untuk berkemah loh, namun jangan sampai disitu saja, karena bagian terindah dari pulau ini saya temukan justru di ujung pulau itu. Teman-teman saya pada saat itu sudah kelelahan dan memutuskan untuk tidak meneruskan sampai ke ujung Tidung kecil. Namun  si Baisha, merasa penasaran dengan pulau itu, dan memutuskan untuk menjelajah sendiri. Akhirnya saya bergabung dengan si Baisha. Dan... Oh, My God.. This end of island is really beautiful.. Feel like having private island. Tidak henti-hentinya saya mengucap syukur kepada Sang Maha Kuasa akan semua keindahan yang saya lihat. Saya pun mulai menyanyikan lagu kesukaan saya "A Thousand Year" milik Christina Perry dengan mata tertutup dan kedua tangan terentang. :)
*Makanya setiap kali karaokean saya selalu melakukan hal itu ketika menyanyikan lagu itu, walau suara saya jauh dari kata bagus.


Ujung timur Pulau Tidung kecil
Saran saya, untuk menjelajah Tidung kecil, setelah melewati tempat pembibitan mangrove, jangan mengambil jalur darat, karena banyak ilalang dan duri, serta ada sebuah kuburan keramat, yang kata masyarakat disana adalah kuburan milik leluhur disana. Sebaiknya langsung ambil jalur pantai, dan susurilah hingga ke ujung. Baiknya Anda langsung lihat sendiri dech.. Dalam hati, saya berjanji akan kembali lagi kesana, ke ujung pulau itu. Keindahan dalam kesunyian, hanya ada debur ombak, laut yang bening, terumbu karang, aku, dan kamu. *Terbengong dengan keindahan alamnya, sampai kelupaan mengabadikan gambar, karena kami bermimpi bisa mempunyai tempat yang seperti itu. 

*credit foto by Xiao Baisha

Sabtu, 30 Juni 2012

 "PESONA BUKIT PUNTHUK SETUMBU"
SISI LAIN CANDI BOROBUDUR SEPERTI NIRWANA DI ATAS AWAN


Sunrise Bukit Punthuk Setumbu



Kabut pagi yang menyelimuti Borobudur

Sunrise dibalik gunung Merapi dan Merbabu
Bukit Punthuk Setumbu adalah spot terbaik untuk melihat Borobudur dari Puncak bukit sebelah barat Borobudur. Borobudur diselimuti kabut pagi, laksana Lukisan Nirwana Sebuah Negeri Di Atas Awan.

Miko - Membidik sang fajar

Candi Borobudur yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah adalah salah satu Situs warisan dunia (World Heritage) no. 592, dan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi ini memiliki enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Budha.

Lokasinya terletak 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta menarik kami untuk mengungkap keindahan sebuah Negeri Dia Atas Awan ini di pagi hari. Pukul 3 pagi kami bangun pagi di sebuah guesthouse di Rejowinangun, Kotagede, dan segera menuju ke sebuah bukit yang berjarak 4 km dari Candi yang dibangun sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra, yang disebut Bukit Punthuk Setumbu.

Perjalanan kami diwarnai dengan pemandangan sawah yang terhampar, pegunungan Merapi, Menoreh, dan Tidar yang mengelilingi candi ini.Dan serombongan warga desa sepulang sholat Subuh.

Sekitar pukul 5 pagi kami sampai di kaki bukit Setumbu, disambut keramahan warga setempat. Sekitar setengah jam perjalanan menuju puncak bukit yang cukup curam ini, sangat terbayar dengan pemandangan indahnya.

Di puncak dengan ketinggian 400 dpl ini kami mellihat "Lukisan Nirwana, sebuah Negeri Di Awan". Negeri itu adalah sebuah bangunan kuno yang diketemukan oleh Stamford Raffles pada tahun 1814 dengan tinggi 42 m diatas permuakaan tanah, menyembul di atas kabut putih tebal khas di pagi hari.

Teman-teman seperjuangan
Detik-detik tersingkapnya sang Negeri Di Atas Awan ini kami nikmati dengan penuh kekaguman kepada Sang Pencipta. Udara pagi khas pegunungan yang sangat segar, disuguhi pemandangan pegunungan di semua penjuru.

Our new friends from China, Baisha, Miko n friends


Sang fajar yang bersembunyi di balik punggung gunung Merapi dan merbabu sedikit demi sedikit berubah warna dari kemerah-merahan menjadi kuning terang.

Pada waktu itu adalah long weekend di awal April. Cukup banyak turist asing yang sudah duluan mengabadikan keindahan Borobudur ini disana. Disana kami sempat berkenalan dengan rombongan turist dari China dan rombongan lain dari Kanada.

Pukul 7 pagi kami turun gunung dari bukit yang diusulkan mendapatkan Cipta Award 2011 dari Disparbud, dan melanjutkan perjalanan kami menikmati keindahan Candi Budha terbesar di Dunia, yang dapat ditempuh kira-kira 10-15 menit dengan menggunakan mobil.
Borobudur
Tiket masuk ke Borobudur di hari Libur ini cukup mahal memang, Rp 30.000, namun melihat kemegahan Borobudur yang sangat menakjubkan terasa tak ternilai harganya. 

Memasuki kawasan ini Anda akan dipinjami dengan kain Batik/sarung bermotifkan Candi Borobudur. Hal ini dimaksudkan oleh pengelola Borobudur untuk melestarikan Budaya Bangsa. Turist-turist asing-pun justru terlihat sangat bersemangat mengenakan sarung tersebut.
Biksu yang sedang berdoa

Sungguh beruntung sekali, pada saat kami tiba di pelataran Candi, tepatnya di bawah teras Kamadhatu, serombongan umat Budha sedang mengadakan ritual keagamaan mengelilingi Candi Borobudur, dari setiap terasnya menuju ke Puncak. Upacara sembahyang ini dipimpin oleh seorang Biksu Suci yang mengenakan Jubah Merah diiikuti oleh para pengikut-pengikutnya yang mengenakan Jubah Coklat. Dan setiap mereka jalan beberapa langkah, sambil memanjatkan doa, mereka melakukan sujud di tanah.

Rombongan biksu yang sedang sembahyang
Suasana Borobudur saat itu sangat ramai, dipenuhi oleh rombongan turist dan juga rombongan Studi Tour dari sebuah sekolah di Jawa Timur.
Akhirnya pada pukul 10 pagi kami meninggalkan Borobudur untuk melanjutkan perjalanan backpacker kami selanjutnya.

Jumat, 18 Mei 2012

***BACKPACK KE PULAU TIDUNG***
2-3 JUNI 2012






Budget (all in)       : Rp 260.000 


Included      :
  1. Tiket kapal penyebrangan PP
  2. Penginapan AC, 2 Kamar, Kamar mandi di dalam.
  3. Sewa sepeda
  4. Sewa alat snorkeling
  5. Makan 3x + Barbeque
  6. Welcome drink
Excluded     : 
  1. Perjalanan ke Muara Angke
  2. Snack selama perjalanan
  3. Parkir sepeda selama di Pulau Tidung (+/- Rp 2000)
  4. Dokumentasi
    Ittinerrary   : 
    *Day 1 : 2 Juni 2012*
    1. 04.00 - 04.30   : Meeting point @ D'BEST Cikokol Tangerang
    2. 04.30  - 06.00  : Berangkat menuju Dermaga Muara Angke, Jakarta.
    3. 06.00  - 07.00  : Hunting Kapal penyebrangan
    4. 07.00  - 10.00  : Perjalanan menuju ke Pulau Tidung
    5. 10.00  - 11.00  : Kedatangan di dermaga Tidung, menuju ke penginapan
    6. 11.00  - 12.00  : Bike to "Jembatan Cinta"
    7. 12.00  - 13.00  : ISHOMA
    8. 13.00  - 16.00  : Snorkeling / banana boat 
    9. 16.00  - 17.00  : Bilas badan,sholat
    10. 17.00 - 18.30   : Eksplorasi Ujung barat P. Tidung besar "catch the Sunset"
    11. 18.30 - 19.00   : Back to homestay, Mandi + sholat
    12. 19.00 - 20.00   : Dinner + "Barbeque" + "Dare note sure-Prize" games
    13. 20.00 - 22.00   : Susur pantai timur P. Tidung Besar.
    14. 22.00 - 04.30   : Selamat tiduungg...
    *Day 2: 3 Juni 2012*
    1. 04.30 - 05.00   : Wake up, subuh
    2. 05.00 - 06.00   : Mengejar "Sunrise" matahari
    3. 06.00 - 08.30   : Jelajah Tidung kecil
    4. 08.30 - 09.30   : Back to homestay, mandi, breakfast
    5. 09.30 - 10.30   : Acara bebas
    6. 10.30 - 12.00   : Prepare kepulangan, go to dermaga
    7. 12.00 - 14.30   : On the boat to Muara Angke
    Yang perlu dibawa : 
    1. Baju ganti selama 2 hari, included baju basahan selama melakukan water sport.
    2. Sendal jepit / alas kaki yang nyaman.
    3. Snack / makanan ringan or berat selama di kapal (2 jam di kapal lumayan bikin laper)
    4. Perlengkapan mandi
    5. Perlengkapan sholat bagi yang muslim.
    6. Sunblock / topi
    7. Obat-obatan pribadi (alergi)
    8. Sun glasses
    9. Sun block
    10. Tas kecil untuk jalan-jalan
    11. Alat dokumentasi + charger dan charger hp
    12. Jaket dan payung
    ketentuan :
    1. DP minimum Rp 50.000,- tanggal 28 Mei 2012. Sisanya dapat dibayarkan pada saat keberangkatan.
    2. Contact person : Purwanti (085229279772 / 085794252645), fb: purin plurr, twiter : @purinplurr, ym: vinic_kimiflash@yahoo.com, gtalk: pure.wanti@gmail.com
       




    Senin, 09 April 2012


    DRAMA “PENGEJARAN KERETA”

    Ada yang pernah liat trailer-trailer film semacam AADC, dimana si Cinta sedang mengejar pesawat untuk bisa mengutarakan perasaannya ke Rangga, dengan segala cara ditempuh agar tidak ketinggalan pesawat. Naahhh.... Sepertinya aq mengalami hal yg hampir serupa, bedanya yang ini bukan pesawat, alat transportasi ini lebih merakyat, yakni Kereta Api. Hmmm... Ceritanya begini...

    Ceritanya berawal dari ketertarikan saya untuk mengikuti Trip Jalan-jalan yang dikoordinir oleh seorang Blogger, Bagpacker & Desain Grafis hebat bernama Aliya Muafa. Blognya yang sangat delicious membuat siapapun yang membaca pasti tertarik untuk melakukan Jalan-jalan.



    Trip ini diberi nama “EXPLORE JOGJAKARTA” menjelajahi objek wisata pedalaman yang belum banyak ter-ekspose banyak media. Tadinya direncanakan untuk menggunakan kereta Progo jurusan Yogyakarta, namun dikarenakan kehabisan tiket maka rombongan kami naik kereta Serayu jurusan Kroya.

    Lima April Dua Ribu Dua Belas, pukul 20.50, Pasar Senen. Itulah jadwal meeting point keberangkatan menuju Yogyakarta, transit Kroya. Pukul 18.00 saya yang tidak biasanya pulang cepat ini sudah mengantri di mesin Absensi. Sesampai di kost, pukul 18.30  langsung dan berganti baju, kira-kira pukul 19.00 cabut dari kost menuju Kebon Nanas untuk mencari mobil ke Senen, bagi saya ini satu-satunya cara tercepat ke Senen.

    Sesampai Kebon Nanas pukul 19.16, dan saya agak khawatir karena mobil yang saya tumpangi baru terisi 10% saja, belum ada 10 orang, feeling saya ini pasti masih ngetem lama. Saya yang kecapekan, 2 hari begadang (Nonton Barca Vs Milan, dan hari berikutnya ke acara Kick Andy, dimana pulangnya pukul 00.30, lanjut packing s/d pukul 02.00 dini hari), ketiduran di bis. Saya kaget ternyata waktu saya terbangun waktu menunjukkan 19.45 dan mobil belum berangkat. Oh my God... Jam berapa ini nanti sampai???

    Pukul 20.00 bisnya berangkat juga, saya coba membesarkan hati, menjauhkan kekhawatiran, bahwa biasanya saya ke Senen, maksud saya Pasar Baru, hanya ditempuh setengah jam, dan saya segera memberitahukan kepada Mbak Aliya yang sudah sampai di Senen, bahwa saya sudah berangkat, kira-kira sampai Senen pukul 20.30.

    Ternyata exit tol Tomang, terjadi kemacetan yang amat parah, mobil bergerak sangat lambat, hingga kawasan Roxy. Pukul 20.30 masih di Roxy, saya segera mengabari Mbak Aliya, “Mbak Ale, :(” dengan icon sedih, tanpa kata-kata, “Ada apa Pur? Sekarang udah dimana?” “Roxy Mbak,,, Macet..” “Sudah turun saja cari ojek..”

    Terjadi kepanikan mengambil keputusan apakah akan diteruskan atau turun saja... Saya coba bertanya kepada kenek Bis, apakah bisa sampe Senen tepat waktu dan tidak ketinggalan kereta? Sang kondektur menjawab “Masih bisa, duduk lagi saja”. Dan saya pun duduk lagi, yah... jalanan mulai lancar sebentar. Namun, sampai Harmoni, terjadi lagi kemacetan, dan waktu menunjukkan 20.40. Saya sudah merasakan kepanikan yang cukup tinggi, sepertinya tidak akan sampai jika tetap di bis. Tapi... sejauh ini belum saya temukan pangkalan ojek, akhirnya saya putuskan untuk turun di Pasar Baru dan mencari ojek...

    Sepuluh menit... itu yang saya butuhkan sebelum ketinggalan kereta. Yang benar saja... ini sudah seperti berlomba denga waktu.... “Bang ojek Senen Bang... Sepuluh menit harus sudah sampai!! Kalau tidak saya ketinggalan kereta.”

    Saya sendiri sebenarnya tidak tahu pasti jarak Pasar Baru – Senen apakah bisa ditempuh dalam sepuluh menit, tapi itulah waktu yang saya punya.. Hanya Sepuluh menit!!!

    Si Abang Tukang Ojekpun langsung tancap gas... Lalu.. tidak lama kemudian sampailah kami di Stasiun Senen. Aku pikir, sepertinya waktu yang ditempuh tidak ada sepuluh menit.

    Terang saja.. Sesampai Stasiun Senen, saya tanya ke Penjaga Stasiun, “Apa Kereta Serayu sudah datang??” “Sudah mbak... Tujuh menit lagi berangkat...”

    Oh My God... Thanks a lot.. Alhamdulillah... Pengejaran kereta ini berbuah hasil, tidak mengecewakan. Betul-betul menguji adrenalin.

    Namun rupanya saya bukan orang satu-satunya yang melakukan pengejaran kereta, ada satu lagi peserta bernama Mariya, yang juga terlambat, sayangnya dia tidak berhasil, dia ketinggalan kereta.


    Sabtu, 07 Januari 2012

    PULAU UNTUNG JAWA


    ASYIKNYA MEMANJAT AKAR MANGROVE CANE ROOT :)


    Pulau Untung Jawa merupakan sebuah kelurahan di sebuah gugusan pulau terluar di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Adm Kepulauan Seribu provinsi DKI Jakarta yang berarti Keberuntungan untuk Pulau Jawa. 

    Konon katanya pulau ini bernama Pulau Amiterdam pada waktu masa kekuasaan Penjajahan Belanda. Pulau dengan sejuta keindahan bahari ini dapat kita jangkau dengan menaiki perahu penyeberangan milik rakyat setempat yang siap mengantarkan kita bertolak dari Pantai Tanjung Pasir, Tangerang, Banten seharga Rp 20.000 pp. 

    Perahu penyeberangan dari Tanjung Pasir menuju  Pulau Untung Jawa
    Ternyata Pulau Untung Jawa sudah ada listrik!! Ya saya cukup kagum! kira-kira 4 tahun lalu saya kesini dan belum ada listrik. Saya juga cukup berpikir: bagaimana distribusi listrik ke Pulau yang cukup jauh dari kawasan perkotaan ini? Apakah kabel ditanam di dasar laut?? Wooww.. tidak sampai otak saya untuk memikirkan hal tersebut.
    Sambutan selamat datang dari Untung Jawa

    Untuk masuk kawasan ini gratis. Dan kita juga bisa mengelilingi keindahan pulau dengan menyewa sepeda Rp 5.000/jam. Bayarnyapun juga setelah selesai berkeliling. Bisa dibilang uji kejujuran. Tohh.. Siapa sih yang mau bawa kabur sepeda sewaan tersebut..?? Secara.. kita ditengah pulau boo..!! Atau mau belajar diving/snorkeling pun bisa. Banana boat untuk menguji adreanlin-pun ada.
    Sebuah Taman & taman bermain di Untung Jawa yang dapat digunakan para wisatawan untuk melepas lelah sembari melihat keindahan pantai


    Petunjuk bagi semua warga dan pengunjung untuk tidak merusak alam, ya.. benar  karena kitapun ingin hidup berdampingan dengan alam


    Menuju Taman Bahari, kawasan konservasi Pulau Rambut

    Mangrove



    Jenis akar bakau Cane Root ini asyik untuk dipanjat


    Bagi yang ingin berwisata murah meriah cukup berjalan kaki mengelilingi pulau ini. Tidak akan lelah, karena kita dimanjakan dengan pemandangan pantai dan kawasan hutan Mangrove/Bakau.
    Yang paling saya sukai adalah memanjat akar pohon bakau jenis Cane Root, di tengah suasana air laut yang sedang pasang. Ya, pada waktu itu kondisi pantai sedang agak pasang. Berkali-kali ombak menyapu sampai ke lutut saya. Sontak saja saya harus memanjat-manjat akar bakau yang cukup licin. Tapi hal ini sangat mengasyikkan. Awaass...!!! Hati-hati jangan sampai menginjak akar bakau jenis Chicken claw root. karena akar jenis ini menonjol tajam ke permukaan air.



    Asyiknya memanjat pohon bakau yang tumbuh mendatar di tepi pantai

    Berkeliling di Pulau Untung Jawa tidak lengkap kalau tidak memasuki kawasan suaka margasatwa Pulau Rambut yang hanya bersebelahan. Hanya dengan membayar Rp 2.000 untuk perawatan lingkungan dan cagar budaya, kita bisa lebih puas lagi untuk berkeliling di kawasan hutan bakaunya.
    Bakau muda yang sedang dibiakkan oleh penduduk sekitar untuk melestarikan kawasan hutan bakau serta melindungi pulau dari abrasi
    Jalanan yang berkelok-kelok selama mengelilingi kawasan Taman Bahari, konservasi Hutan bakau
    Salah satu spot hutan bakau

    Laparr?? Tenang... Ada banyak pilihan berbagai makanan seafood yang cukup terjangkau harganya. Kelapa batok yang segar, dan kerupuk kemplang khas pulau seberang pun banyak dijajakan. Untuk menginap pun banyak sekali homestay yang disewakan dengan harga murah. Pada saat itu saya bertanya kepada seorang bapak, katanya sewa semalam 200 ribu untuk kamar non AC, 250 ribu untuk kamar AC. Kami sih tidak menginap, hanya bertanya-tanya saja.

    Pada waktu saya berkunjung kesana sedang liburan NATAL, cukup high season. Karena cukup padat sekali pengunjungnya. Banyak anak mandi di pantai dekat dermaga Pulau Untung jawa. 
    Dermaga di Untung jawa
    Berpose ala Kate Winslet di film Titanic - without Leonardo Dicaprio, hihihi.. :P 

    Seorang bapak bersama anaknya sedang memungut batu karang yang terhempas ke pantai

    Akhirnya pukul 3 sore sesuai kesepakatan kami dengan sang pemilik perahu yang kami tumpangi, kami bertolak dari Pulau untung Jawa menuju Pantai Tanjung Pasir.

    Wooww.. Ombaknya cukup menggoyang-goyang perahu kami. Jadi teringat pengalaman naik Kora-kora di Dufan Ancol.

    Good bye Untung Jawa...!!!
    Sambil memandang jauh meninggalkan dermaga, saya berfikir; Ada Untung Jawa kira-kira ada Untung Sunda gak yah.. Hehehe.. :P