Rabu, 19 September 2012

Pulau Tidung - My Private Island

Sebenarnya saya bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi pulau ini, sungguh-sungguh telah mampu membuat saya jatuh hati kepadanya, pada pandangan pertama. I love you Tidung, karena hatiku masih tertinggal di ujung pulau itu. Suatu saat aku akan kembali lagi, untuk mengejar tenggelamnya sang surya, untuk menyambut datangnya sunrise, di ujung jembatan itu, Jembatan Cinta. Ya, aku jatuh cinta kepadamu, Tidung.

Rencana ke Pulau Tidung

"Have u ever been Thousand Island, It's very good to do snorkeling, I want to go there".

Seorang teman berkebangsaan China yang pernah saya temui sewaktu backpack ke Jogja, mengatakan hal itu. Sebagai Warga Negara Indonesia, saya merasa malu, banyak wisata Indonesia yang justru dia lebih tahu ketimbang saya.

"OK, we go there! Have u ever go to Tidung Island??"
Diapun menggelengkan kepala. Good news! He never go there, and I also want to go there.

Dengan segenap kemampuan saya menyusun planning untuk membuat acara bertema "BACKPACK TO TIDUNG ISLAND, 2-3 JUNI 2012". Segera saya membuat rencana, ittinerarry dan estimasi budget, kemudian memposting ke blog saya. Dan terjaringlah 10 orang peserta dalam 2 hari. Sayangnya 2 peserta cancel pada detik-detik terakhir.
Peta Kepulauan Seribu

Day 1
Pada hari H-nya, pukul 3 pagi kami sudah bangun, dan segera merapihkan diri. Pukul 4 pagi kami berangkat, dengan menggunakan bis Jurusan Jakarta (157), dan turun di Taman Anggrek, karena ada rekan kami tinggal disana. Dari Taman Anggrek ke Muara Angke kami naik Taxi. Aneh.. Beberapa Taxi tidak mau mengantar kami kesana, saya pun penuh tanda tanya dalam hati, "Hey, what's happen? Kalian nolak rejeki pagi hari itu PAMALI tauu...!"

Setelah sampai Muara Angke sendiri saya baru tahu mengapa beberapa Taxi tidak mau mengantar kami kesana, di tempat itu terdapat Pasar ikan tradisional, yang tempatnya sangat becek dan bau. Oke lahh... saya mengerti penderitaan para supir itu yang mungkin harus ke tukang cuci mobil setelah itu.

Sesampai sana kami dijemput oleh orang kapal yang akan mengangkut kami ke Tidung, Pak Ma'mun namanya. Tinggal sebut saja "Kami rombongan Pak Mansyur" pesan Bapak yang punya penginapan di Tidung. Di kapal menuju Tidung ini terdiri dari 2 lantai, yakni lantai atas dan lantai bawah. Saran saya... Kalian cepet-cepet dech cari yang di bagian atas, karena spot view-nya jauh lebih indah. Tadinya saya di bawah, dan itu gak enak banget. Deket kamar mandi yang bolong bawahnya, and dapet bonus Mbeekk di bagian belakang. Saya langsung pindah saja ke bagian atas.
Suasana di deck atas kapal penyebrangan ke Pulau Tidung
Perjalanan dari pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Tidung dapat ditempuh dalam waktu 2,5 - 3 jam. Kapal kami berangkat pukul 07.15 dan sampai di gerbang pelabuhan Tidung Besar sekitar pukul 10.00. Kami terlalu sibuk mencari-cari dan menerka-nerka dimana letak pulau tidung, karena di perjalanan kami melewati banyak pulau-pulau.

Gerbang masuk Pulau Tidung
Sesampai di pelabuhan Tidung kami disambut oleh guide kami guide kami, Rudini, awal-awalnya saya memanggilnya Pak Rudini, karena dalam pikiran saya dia adalah seorang Bapak-bapak tua. Tapiii..... nyatanya dia seumuran saya, asyyiikk, menyenangkan, dan lumayan ganteng (kata teman saya berinisial W).

Kami langsung memilih-milih sepeda mana yang tepat buat kita. Saran saya: gak usah sok bela-belain ngalah buat teman, langsung aja pilih sepeda yang paling bagus buat kalian, karena kalo kalian dapet yang jelek, liburan kalian akan merasa gak enak selama disana, tapi kalo emnag ga ada yang kalian suka, bilang aja ke guidenya untuk minta ganti. Rata-rata penginapan disana mempunya stock sepeda sewaan yang cukup banyak. Ada beberapa rekan saya yang minta ganti sepeda, ternyata di belakang rumah ada sebaris sepeda-sepeda yang masih bagus dan lebih nyaman.


Koleksi sepeda pemilik penginapan
Ini adalah profil penginapan yang kami sewa di Pulau Tidung. Dikelola oleh keluarga Bapak Mansyur dan Ibu Sugiarti. Dan dipandu oleh Rudini ("panggil Rudi saja mbak" katanya). Lativa adalah nama anaknya yang masih duduk di bangku SD (lucu sekali anaknya).

Penginapan ini ada punya 2 kamar tidur, yang 1 lebih besar, kami tempati 4 orang cewek, dan yang satu lagi sedikit lebih kecil, muat untuk 2 orang. Memiliki 2 kamar mandi yang langsung tembus dengan dapur, karena rumahnya menyatu dengan rumah aselinya, yang ditempati keluarga tersebut. Enaknya lagi jika kami membutuhkan kasur tambahan, kami tidak harus menambah harga. Harga paket kami menginap, sepeda, makan 3x, snorkeling, adalah 260rb /orang.

Ini adalah tempat kami menginap disana


Penginapan murah meriah, fasilitas lumayan & sangat ramah
Nico (kanan) bersama Rudi (kiri) sang guide kami
Suasana di teras depan penginapan

Sesampai di penginapan, kami cukup puas dengan kamar yang kami dapat, bersih, rapi dan dengan fasilitas yang gak mengecewakan, ada sebuah TV LCD di kamar depan. Dan kami langsung disuguhi makan siang. Sedikit geli juga ngeliat si Baisha, bule china, yang disuguhi pepes ikan,,,  Dan si ikan ini hanya dibolak-balik saja.. hahhaha...

Selesai makan kami langsung melanjutkan Biking Ride to Jembatan Cinta. Sembari menunggu kapal yang akan membawa kami untuk ke pulau payung ber-snorkeling ria.
Jembatan Cinta
Jump shoot on jembatan cinta
Jembatan Cinta


Just info, Pulau Tidung adalah pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau ini dihuni oleh lebih dari 3 ribu kepala keluarga. Sebagian besar pen­duduknya nelayan.Di sebelah timur pulau ini terdapat Pulau Tidung Kecil. Kini kedua pulau ini tersambung oleh sebuah jembatan kayu yang sangat indah, namun pada saat kami kesana ada beberapa titik yang kondisinya sangat memprihatinkan, pengunjung diharapkan berhati-hati, karena banyak lobang pada jembatan kayu-nya, di ujung jembatan, tepatnya 50 meter pertama dekat Tidung kecil, kondisi jembatannya sudah selesai direnovasi dan dibeton,yang lainnya masih menunggu dana dari pemerintah. Kita bisa menyusuri jembatan itu sambil melihat ke bawah laut yang bening dengan pemandangan karang-karang dan ikan yang beraneka warna. Panjang jembatan sekitar dua kilometer. Di sekitar jembatan terdapat beberapa keramba ikan milik nelayan setempat.




Cobalah tengok ke bawah laut, siapa sangka negeri ini memiliki keindahan alam yang tak ternilai harganya. Kekayaan laut bahari terhampar di bawah kaki kita, dan layaknya aquarium alam raksasa, kita dapat menikmati kekayaan botaninya secara langsung dengan mata kepala kita. Ya, terumbu karang, ikan, bulu babi, dapat dengan jelas dilihat dari balik beningnya air laut.. It's so beautiful.. gumam si Baisha, yang dari China.


Tak ayal jika tempat ini menjadi tempat favorit untuk melakukan water sport, seperti snorkeling, diving, banana boat, rough donut, jet ski dll. 

Snorkeling ria
Ada satu hal lagi yang tak boleh dilewatkan, yaitu terjun dari ketinggian 7 meter di Jembatan Cinta. Diantara kami ber-delapan, empat diantaranya terjun dari jembatan ini. Bagi kalian penyuka adrenaline sport, wajib untuk dicoba. Tapi harus mengikuti instruksi dari penjaga pantainya, maklum di bawah jembatan cinta sering dipakai untuk lintasan jet ski dan banana boat, harus menunggu sepi dulu baru boleh terjun.


Terjun dari ketinggian 7 meter di Jembatan Cinta

Banana boat

Sunset di ujung barat Tidung Besar
Tempat terbaik untuk menikmati sunset adalah di ujung barat Pulau Tidung besar, untuk mencapai tempat itu kira-kira 15 menit bersepeda dalam kondisi masih terang. Sekedar info saja, sebelum mencapai tempat itu, kita melewati sebuah taman Tidung, setelah itu kita kan menemukan sebuah savana, dan dipinggirnya ada sebuah warung-warung dekat pantai, dan ayunan pohon, setelah itu kita kan  menemui kawasan yang mirip hutan dengan rimbunan pepohonan, jadi saya sarankan bila kesana harap membawa headlamp / senter / minta saja diantar guide dengan motor, karena biasanya pemburu foto yang baik tak akan melewatkan detik-detik terbenamnya sang surya, kita pasti menunggu hingga matahari tenggelam, dan secara tidak sadar, saat kita hendak pulang, keadaan tempat itu sudah gelap, karena tak berlampu. Lampu hanya terdapat di kawasan pemukiman saja.

Day 2

Spot terbaik untuk memburu sunrise adalah di jembatan cinta, disini saya dan kawan-kawan narsis-narsis bergaya sambil menunggu sang surya. Pada waktu itu pengunjung Jembatan Cinta cukup banyak, sehingga untuk mendapatkan foto terbaik, saya langsung saja, menceburkan diri ke air laut, dan hasilnya seprti di bawah ini. Hihihi.. :)
Menunggu pagi

Menjemput mentari

Setelah menikmati sunrise di Jembatan Cinta, sempatkanlah menjelajah Pulau Tidung Kecil hingga ke ujung. 
Pantai Tidung kecil

Jalan setapak di Tidung kecil


Di pulau itu, rata-rata orang hanya menjelajah sampai menemukan Pusat Pembibitan Mangrove, disini juga sering dipake untuk berkemah loh, namun jangan sampai disitu saja, karena bagian terindah dari pulau ini saya temukan justru di ujung pulau itu. Teman-teman saya pada saat itu sudah kelelahan dan memutuskan untuk tidak meneruskan sampai ke ujung Tidung kecil. Namun  si Baisha, merasa penasaran dengan pulau itu, dan memutuskan untuk menjelajah sendiri. Akhirnya saya bergabung dengan si Baisha. Dan... Oh, My God.. This end of island is really beautiful.. Feel like having private island. Tidak henti-hentinya saya mengucap syukur kepada Sang Maha Kuasa akan semua keindahan yang saya lihat. Saya pun mulai menyanyikan lagu kesukaan saya "A Thousand Year" milik Christina Perry dengan mata tertutup dan kedua tangan terentang. :)
*Makanya setiap kali karaokean saya selalu melakukan hal itu ketika menyanyikan lagu itu, walau suara saya jauh dari kata bagus.


Ujung timur Pulau Tidung kecil
Saran saya, untuk menjelajah Tidung kecil, setelah melewati tempat pembibitan mangrove, jangan mengambil jalur darat, karena banyak ilalang dan duri, serta ada sebuah kuburan keramat, yang kata masyarakat disana adalah kuburan milik leluhur disana. Sebaiknya langsung ambil jalur pantai, dan susurilah hingga ke ujung. Baiknya Anda langsung lihat sendiri dech.. Dalam hati, saya berjanji akan kembali lagi kesana, ke ujung pulau itu. Keindahan dalam kesunyian, hanya ada debur ombak, laut yang bening, terumbu karang, aku, dan kamu. *Terbengong dengan keindahan alamnya, sampai kelupaan mengabadikan gambar, karena kami bermimpi bisa mempunyai tempat yang seperti itu. 

*credit foto by Xiao Baisha