Sabtu, 30 Juni 2012

 "PESONA BUKIT PUNTHUK SETUMBU"
SISI LAIN CANDI BOROBUDUR SEPERTI NIRWANA DI ATAS AWAN


Sunrise Bukit Punthuk Setumbu



Kabut pagi yang menyelimuti Borobudur

Sunrise dibalik gunung Merapi dan Merbabu
Bukit Punthuk Setumbu adalah spot terbaik untuk melihat Borobudur dari Puncak bukit sebelah barat Borobudur. Borobudur diselimuti kabut pagi, laksana Lukisan Nirwana Sebuah Negeri Di Atas Awan.

Miko - Membidik sang fajar

Candi Borobudur yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah adalah salah satu Situs warisan dunia (World Heritage) no. 592, dan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi ini memiliki enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Budha.

Lokasinya terletak 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta menarik kami untuk mengungkap keindahan sebuah Negeri Dia Atas Awan ini di pagi hari. Pukul 3 pagi kami bangun pagi di sebuah guesthouse di Rejowinangun, Kotagede, dan segera menuju ke sebuah bukit yang berjarak 4 km dari Candi yang dibangun sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra, yang disebut Bukit Punthuk Setumbu.

Perjalanan kami diwarnai dengan pemandangan sawah yang terhampar, pegunungan Merapi, Menoreh, dan Tidar yang mengelilingi candi ini.Dan serombongan warga desa sepulang sholat Subuh.

Sekitar pukul 5 pagi kami sampai di kaki bukit Setumbu, disambut keramahan warga setempat. Sekitar setengah jam perjalanan menuju puncak bukit yang cukup curam ini, sangat terbayar dengan pemandangan indahnya.

Di puncak dengan ketinggian 400 dpl ini kami mellihat "Lukisan Nirwana, sebuah Negeri Di Awan". Negeri itu adalah sebuah bangunan kuno yang diketemukan oleh Stamford Raffles pada tahun 1814 dengan tinggi 42 m diatas permuakaan tanah, menyembul di atas kabut putih tebal khas di pagi hari.

Teman-teman seperjuangan
Detik-detik tersingkapnya sang Negeri Di Atas Awan ini kami nikmati dengan penuh kekaguman kepada Sang Pencipta. Udara pagi khas pegunungan yang sangat segar, disuguhi pemandangan pegunungan di semua penjuru.

Our new friends from China, Baisha, Miko n friends


Sang fajar yang bersembunyi di balik punggung gunung Merapi dan merbabu sedikit demi sedikit berubah warna dari kemerah-merahan menjadi kuning terang.

Pada waktu itu adalah long weekend di awal April. Cukup banyak turist asing yang sudah duluan mengabadikan keindahan Borobudur ini disana. Disana kami sempat berkenalan dengan rombongan turist dari China dan rombongan lain dari Kanada.

Pukul 7 pagi kami turun gunung dari bukit yang diusulkan mendapatkan Cipta Award 2011 dari Disparbud, dan melanjutkan perjalanan kami menikmati keindahan Candi Budha terbesar di Dunia, yang dapat ditempuh kira-kira 10-15 menit dengan menggunakan mobil.
Borobudur
Tiket masuk ke Borobudur di hari Libur ini cukup mahal memang, Rp 30.000, namun melihat kemegahan Borobudur yang sangat menakjubkan terasa tak ternilai harganya. 

Memasuki kawasan ini Anda akan dipinjami dengan kain Batik/sarung bermotifkan Candi Borobudur. Hal ini dimaksudkan oleh pengelola Borobudur untuk melestarikan Budaya Bangsa. Turist-turist asing-pun justru terlihat sangat bersemangat mengenakan sarung tersebut.
Biksu yang sedang berdoa

Sungguh beruntung sekali, pada saat kami tiba di pelataran Candi, tepatnya di bawah teras Kamadhatu, serombongan umat Budha sedang mengadakan ritual keagamaan mengelilingi Candi Borobudur, dari setiap terasnya menuju ke Puncak. Upacara sembahyang ini dipimpin oleh seorang Biksu Suci yang mengenakan Jubah Merah diiikuti oleh para pengikut-pengikutnya yang mengenakan Jubah Coklat. Dan setiap mereka jalan beberapa langkah, sambil memanjatkan doa, mereka melakukan sujud di tanah.

Rombongan biksu yang sedang sembahyang
Suasana Borobudur saat itu sangat ramai, dipenuhi oleh rombongan turist dan juga rombongan Studi Tour dari sebuah sekolah di Jawa Timur.
Akhirnya pada pukul 10 pagi kami meninggalkan Borobudur untuk melanjutkan perjalanan backpacker kami selanjutnya.